Ingin
sekali aku pulang ke kampung halaman. Ingin mencoba memelukmu mesra seperti
kebanyakan orang. Ah ya, akan aku coba. Aku memang bukan tipekal anak yang
mudah mengatakan sayang mah. Semoga mamah mengerti keadaan ini.
Dulu
hubunganku dengan mamah tidak sedekat sekarang. Dulu slalu ada sesi
pertengakaran kecil diantara kami. Aku yang harus melanjutkan studi di kota
orang membuat kami semakin intens berkomunikasi lewat telepon. Mungkin karna
teleponlah hubungan kami semakin dekat. Menanyakan kabarku disini, sudah makan
belum, lagi apa, sudah belajar belum, bercerita tentang pekerjaan rumahnya sehari-hari,
mendengarkan cerita mamah yang kesepian dirumah karna 3 orang anaknya pergi ke
kota orang untuk bekerja dan belajar, bercerita tentang kenakalan adik
bungsuku, dan slalu saja ada hal-hal kecil yang membuat kami berdua tertawa
terbahak-bahak bersama. Andai moment ini berlangsung sejak dulu mungkin hubungan kami sudah sangat dekat. Tapi bersyukur akhirnya moment ini datang :)
Kelak aku ingin seperti mamah.
Dari kecil hingga sekarang mamah slalu menorehkan kasih sayangnya untuk kami. Masih
ingat jelas, sewaktu TK mamah dengan setia menunggu aku dan kakak laki-lakiku
sampai pulang sekolah. Mengantar dan menjemput kami dengan sepeda keranjangnya.
Bangun setiap pagi membuatkan sarapan dengan menu ala kadarnya agar
anak-anaknya bisa membawa bekal nasi ke sekolah. Menyetrika baju kami. Membantu
kami menghafal perkalian di setiap malamnya hingga kami hafal diluar kepala. Maju
dibarisan paling depan saat aku diperlakukan tidak adil oleh guru-guru dan
membenarkan bahwa anaknya juga pintar seperti siswa-siswi lainnya. Kami yang
slalu ribut di setiap pagi saat kami kehilangan kaos kaki dan dasi sekolah,
mamahlah yang mondar-mandir mencarikannya. Tak terima jika anaknya dibilang
bodoh. Karna beliaulah yang tahu bahwa anaknya belajar saat malam. Membantu
papah mencari nafkah karna ingin kami masuk SMA favorit, karna mamah yakin
anaknya bisa walaupun dengan segala keterbatasan keuangan. Bangga saat anaknya
mampu bersaing di SMA favorit dengan siswa-siswi lain. Hingga berjuang mati-matian
mencari biaya agar anaknya bisa kuliah diperguruan tinggi negeri. Menangis bahagia
di telepon saat anaknya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri karna
hasil keringatnya sendiri. Membangga-banggakan anaknya didepan ibu-ibu lain
bahwa kami mendapat beasiswa akademik di setiap semesternya. Selalu setia di
setiap malamnya untuk menelepon kami. Bercerita apapun. Bercerita bahwa ada
tetangga sebelah yang kontrak rumah dan mereka semua masih mahasiswa. Memberikan
masakannya kepada mahasiswa tersebut dan berharap kami disini anak-anaknya di
kota orang juga mendapatkan kebaikan dari orang lain. Bercerita bahwa kemaren
mamah malas untuk makan karna adik bungsuku yang belum bayaran uang sekolah dan
sempat dipermalukan oleh gurunya didepan teman-temannya. Sontak aku yang
mendengarnya hanya bisa diam dan menahan air mata yang mulai menetes. Aku tahu
mah rasanya pasti sakit. Kami juga merasakan itu. Hanya bisa menghibur dengan
caraku yang berbeda, tidak ingin memperdengarkan tangisku padamu mah, aku ingin
kuat dan berharap kau juga kuat disana. Menyeka ujung-ujung mataku agar tidak
menangis terlalu dalam. Menahan nafas dan mencoba menetralkan suara agar tidak
terlalu terdengar bergetar saat berbicara. Hanya bisa memberi kalimat sederhana
bahwa Allah hanya meminta kita slalu sabar dan sabar atas apapun dan sholat
untuk meminta apapun.
Apakah
engkah tahu mah? Pilihanmu menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang tepat
dan jangan pernah kau sesali. Karna pilihanmu membuat aku ingin sepertimu. Kau
slalu menjadi ibu yang baik dan sahabat yang luarbiasa. Apakah kau menemui
sahabat diluar sana yang bisa sesempurna mamah? jawabannya adalah tidak. Beliau
slalu bilang “Ceritakan semua masalah yang kau hadapi nak pada mamah. Bukan pada
oranglain, hanya pada mamah. Karna mamah adalah sahabat yang tidak akan
meceritakan semua ceritamu pada dunia sekalipun”.
Aku
menyayangimu dengan caraku. Berbeda dari kebanyakan orang. Terima kasih mah. Teleponmu
di setiap malamnya membuatku lebih mengerti perasaanmu. Mencoba memahami apa
maumu kelak di hari tua. Perjuanganmu didepan banyak orang saat membela kami
telah memunculkan dan semakin membulatkan niat kami untuk menjadi anak dan
orang yang lebih baik lagi kedepannya. Perjuanganmu tak akan sia-sia mah. Kami
akan pastikan itu. Sebelum umurmu semakin tua, aku akan rajin menabung dan
berusaha mewujudkan mimpimu datang kerumah Allah. Hingga akhirnya hari itu
datang, sehatlah slalu, panjang umurlah slalu, dan berbahagialah serta kuatlah
slalu untuk kami anak-anakmu. Tetaplah seperti itu, karna kelak aku ingin
sepertimu mamah...
My Mother :* |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar